Salah Satu Pelajaran Dari Pertandingan Manny Pacquaio dengan Floyd Mayweather
Kemarin, Ahad, 3 May 2015, waktu Indonesia, jutaan pasang mata menyaksikan
even pertandingan tinju terbesar yang pernah ada. Pertandigan antara Manny
"Pacman" Pacquaio dengan Floyd "money" Mayweather. Di
antara jutaan pasang mata itu, adalah sepasang mata saya yang alhamdulilah
masih diberikan kenikmatan untuk ikut menyaksikan pertandingan bernilah 4
triliun itu.
Seperti kebanyakan mata yang menyaksikan dan memberikan pendapat di media
sosial, pendapat mata saya juga menganggap bahwa yang seharusnya menang adalah
Manny Pacquaio. Pertandingan ini menjadi kontroversi atas keputusan wasit yang
memenangkan Floyd Mayweather. Tapi saya tidak akan membahas kontroversi
tersebut. Para Juri sudah ketuk palu, Sabuk kemenangan sudah diboyong ke gelanggang
Floyd. dan Pacquaio sepertinya tidak terlalu mempermaslahkan keputusan itu.
kali ini saya coba melihat sisi lain yang bisa dijadikan pelajaran dari
pertandingan tersebut.
Kebetulan, saat dua jagoan tinju itu bertanding, saya juga sedang bertandang
ke tetangga, tepatnya di rumah Sepupu. itupun bukan karena ingin
"nobar", tapi niat silaturahim di ahad pagi. Kebetulan kedua saat
kami sedang asyik berbincang, terlihatlah lembaran koran yang tercecer di
lantai. Dalam koran itu tergambar dua wajah petarung kelas dunia. Bisa ditebak
siapa!. Dari gambar itu muncul pertanyaan. kapan sih mereka bertanding?. sepupu
saya bilang, "pagi ini, jam 8 kalo tidak salah!". ketika saya melihat
jam tangan, tepat pukul 8, akhirnya kita setel tv yang cuma ada satu menuju channel satu..hehee. Deskripsi
ini menggambarkan bahwa kami bukan penggila tinju.. Tapi karena
pertandingan ini fenomenal, gak ada salahnya waktu luang digunakan untuk
sekedar hiburan melepas rutinitas. lagi pula, gak perlu merogoh kocek untuk bayar tiket senilai 2 milyar.. hehee.
Akhirnya, kesetiaan menunggu dari jam 8 sampai jam 11 berujung, seusai menyaksikan
2 partai pembuka tibalah pertarungan yang dinanti. Namun ada yang
menarik perhatian saya, ketika "Sang Komentator" menjelaskan secara rinci berapa bayaran kedua petinju dalam pertandingan ini. Mayweather
mendapatkan bayaran USD5 juta/ menit. Adapun Pacquiao akan membawa pulang USD3,33
juta per menit. luar biasa.. berkalkulasi dengan perhitungan ini, sepupu saya
langsung berandai-andai. ketika setiap ronde berakhir, ia selalu menghitung
berapa yang telah didapat kedua petinju ini. Dari bagian ini, saya ingin ambil
"angel" untuk dijadikan sebuah pelajaran.
Bukan berandai-andai sendainya kita punya uang
sebanyak itu, atau menafikan suatu saat di antara kami berdua atau para pembaca
mendapatkan bayaran sebesar itu.. aamiiin. semua di dunia tidak ada yang tidak
mungkin. tapi yang saya ingin sampaikan adalah perjuangan mereka untuk sampai
pada kelas pendapatan dan bayaran sebesar itu. Untuk itu, coba kita telusuri usaha apa yang
mereka lakukan untuk sampai pada tahap tersebut. bukan perjuangan yang instan
dan sebentar. Sebagaimana sunatullah, semakin berat perjuangan yang ditempuh,
maka semakin besar hasil yang diterima. Hal ini bisa memotivasi kita untuk tetap bertahan walaupun
aral dan rintangan menerjang perjuangan kita.
Selanjutnya dijelaskan pula bagaimana kedua
petinju yang sudah tidak muda itu bisa tampil prima yang mampu menyedot jutaan
pasang mata dan sponsor dengan bayaran tinggi. Kata kunci dari itu semua adalah
"disiplin". sebuah kata yang sudah kita kenal sejak kecil. kata yang
dulu sering ditempel di tembok sekolah. Jika kita melihat dalam ajaran Islam,
ibadah yang diutamakan adalah sholat. ternyata kalau kita mempelajarinya lebih
lanjut, sholat mengajarkan kita untuk disiplin. di antara nilai disiplin itu,
Rasul pernah bersabda, "Sholatlah pada waktunya!". dari satu hadis
saja kita bisa menerapkan disiplin waktu, disiplin berpakaian, disiplin
berprilaku, dan banyak lagi implementasi disiplin yang bisa kita temukan dalam
sholat.
Jika disiplin adalah kata kunci. maka ketika
disiplin disandangkan pada seorang petarung, setidaknya ada dua hal yang
dilakukan, yaitu disiplin menjaga latihannya dan disiplin terhadap pola
makanannya. setiap harinya, mereka harus bangun pagi untuk lari sejauh kiloan meter, kemudian push up ratusan kali, dan menyewa dokter gizi untuk memperhatikan asupan makanannya. Berkat kedua disiplin itulah akan membawa petarung mendapatkan
bayaran sangat mahal. Lalu, bagaimana disiplin kita sebagai seorang mukmin?. Tentu
saja salah satu kedisiplinan dan sebagai konsekuensi seorang mukmin adalah
menjaga sholatnya. ketika seorang mukmin berdisiplin menjalankan sholatnya,
khususnya bagi muslimin (laki-laki) menjaga sholat berjamaah, tak perlu jogging kiloan meter atau menyewa dokter untuk menghitung gizi, asalkan ada kemauan maka akan
mendapatkan bayaran yang sangat luar biasa. (silahkan digali sendiri.. ngaji
dong..hehee). Atau setidaknya, jika setiap hari kita berdisiplin
menjalankan partai pembuka, meminjam istilah tinju, yaitu sholat sunnah sebelum
subuh maka kita akan mendapatkan ganjaran yang keutamaannya melebihi dunia dan
seisinya. luar biasa bukan?.
Tapi permasalahannya, ganjaran pahala itu tidak kelihatan dan bayaran sebanyak $3.3 juta/ menit itu prestisius
dan bisa langsung dinikmati. Maka lagi-lagi saya coba menegaskan keyakinan kita
tentang arti sebuah "perjuangan". Semakin berat perjuangan, maka semakin
besar yang kita dapatkan. Jika perhitungan di dunia, apakah kita mau menukarkan
nikmat mata dengan bayaran 4 triliun?. Bagaimana kita bisa menonton jika ada pertandingan yang lebih besar lagi dari pertandingan picman dan money?. Atau berapa banyak nikmat lagi yang kita miliki tak mungkin kita
bisa perhitungkan dengan uang?. Sedangkan di akhirat, kita akan mendapatkan kenikmatan yang disebut "wala udzunun
samiat, wala ainun ro’at.". tidak pernah ada telinga mendengarnya, dan tidak pernah
ada mata melihatnya... luar biasa kan.. ayo kita disiplinkan diri dengan
sholat.. semoga kita mendapat kemenangan yang sesungguhnya.. aamiiin.
Comments
Post a Comment