Hari esok adalah milik-Nya

Sebelum saya memaparkan maksud dari judul di atas, sebagai pembuka saya ingin bercerita tentang kisah saya minggu lalu. Pulang kantor, teman seruangan yang rumahnya di Bekasi minta diboncengi sampai Pusat Grosir Cililitan (PGC). Ternyata baru keluar jalan di fly over kalibata, jalanan sangat padat dengan kendaraan. Berusaha sabar, saya coba menyusuri kemacetan bersama motor Honda Beat mencari celah yang bisa dilaju. Tapi, justru teman saya yang terus berceloteh mengutuk keadaan saat itu. Mulai dari kesalahan pemerintah, polisi, sampai pedagang kecil, semua diungkapnya.

Saya coba menanggapi dingin apa yang dia katakan dan menganggapnya semua keadaan itu untuk menguji kesabaran saya. Memang tidak seperti biasa jalanan saat itu, Meminjam istilah detik.com adalah “pamer paha” padat merayap tanpa harapan.

Tapi ternyata selepas Pertigaan Condet. Nyaris tidak ada satu kendaraanpun di depan motor saya. Teman saya langsung berseloroh, “Lha.. disini sepi banget, tadi barusan macet banget..!”, kemudian tanpa sadar saya langsung menjawab “Itulah Pak, kita tidak akan tahu di depan seperti apa, yang penting kita terus jalan bukan mengutuk keadaan, karena semua sudah ditentukan taqdirnya”. Ia diam tak menanggapi. Saya cuma tersenyum membayangkan raut wajahnya.

Setelah menurunkan boncengan, saya teringat dengan ucapan saya sendiri. “Ya, mungkin benar apa yang saya ungkapkan!” kata saya dalam hati. Terlepas ia mungkin agak tersinggung karena usianya jauh di atas saya, tapi saya coba mengungkap kebenaran. Semoga menjadi pelajaran untuk saya dan teman saya itu.

Sepanjang sisa perjalanan pulang, saya terus merenungi apa yang saya katakan. Baru saat ini, saya teringat kejadian itu lagi.

Saya mengajak kita semua untuk merenungkan masa depan. Tidak ada yang tahu persis, masa depan seseorang seperti apa. Mungkin ada beberapa gambaran masa depan yang kita ketahui. Misalnya, teman saya yang meyakini ucapan seorang Kyai ahli ilmu falak yang mengatakan ia akan begini dan begitu, atau lebih parah lagi orang yang mempercayai masa depannya karena kata-kata dukun.

Memang ada ungkapan, “Apa yang Anda kerjakan hari ini, menentukan apa yang Anda dapatkan di masa depan”. Saya mengakui keabsahan kalimat ini. Tapi “kepastian” masa depan tak akan ada yang pernah tahu sejelasnya. Itulah keunikan dalam kehidupan kita.

Jika kita sudah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita, mungkin kita tak akan semangat menjalankan kehidupan ini. Kita tahu berapa kadar rizki yang akan kita terima, dengan siapa kita berjodoh, dan kapan kita menjemput maut. Niscaya hidup kita tidak akan sedinamis orang beriman. Kita akan menunggu.! Pasif.! Tak bergairah..!

Mungkin, inilah alasan kenapa Allah merahasiakan apa yang akan terjadi pada kehidupan kita. Dalam surat al Mulk, dijelaskan Allah ingin menguji siapakah diantara kita yang terbaik amalnya. Di atas ketidak pastian taqdir, apakah kita masih meneguhkan iman? Atau, bagaimana cara kita menghadapi ujian-ujian dalam kehidupan kita?

Maka, sekali lagi saya tegaskan. Kita hanya diperintahkan untuk tetap terus berjalan mengikuti dan tunduk terhadap syariat-Nya, dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Seperti hadis Rasul yang menyatakan “Seandainya engkau tahu besok akan kiamat, tapi masih ada bibit tumbuhan di tanganmu, maka tanamlah bibit itu”. Artinya amal soleh tetap terus harus dijalankan dan dilandasi dengan keimanan, karena pengetahuan kita tentang hari esok sangat-sangat sedikit, karena hari esok adalah milik-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

Semua atas Kehendak-Nya

Mengapa Mesti Malu Mengakui Kesalahan

Salah Satu Pelajaran Dari Pertandingan Manny Pacquaio dengan Floyd Mayweather