Semua atas Kehendak-Nya

Akhirnya ku beranikan diri untuk menyudahi penderitaan ini. Sakit Gigi. Penyakit yang beberapa hari ini membuat ku senewen. Nyeri skala richter dibagian gigi memancing ku gampang emosi dan senut-senut dikepala juga ikut menambah derita.

Drg Jimmy, tulisan besar terpampang di depan Ruko Semabung, Pangkalpinang. Akhirnya ketemu juga dokter gigi di Kota yang baru sebulan ini ku tinggali. Ups. dokter muslim bukan ya?. Sebuah pertanyaan dibenak.
Sudahlah.. dalam bermuamalah hendaknya kita tidak mempermasalahkan keimanan, selama mereka profesional. jawaban sendiri coba menenangkan hati dan meredam nyeri di gigi.
Saat masuk ruko tiga lantai itu, nampak sebuah meja receptionis. Di balik meja terlihat seorang wanita berkerudung sedang mengerjakan sesuatu. Alhamdulillah benaku, pegawainya muslim.
“Selamat malam Pak?” dia menyapa. “Bapak mau berobat?” tanyanya padaku.

Setelah pendaftaran pasien baru dan menyampaikan tujuan ku untuk menambal gigi, ku dipersilahkan duduk di ruang tunggu.
Gigi bungsu/graham ku memang sudah lama bermasalah. Pernah perawatan akar sampai bolak balik dokter gigi sebanyak 8 kali.. setelah itu baru bisa ditambal. Tapi sekarang tambalannya sudah bolong kembali. Mungkin karena bukan tambalan permanen. Inilah yang menyebabkan gigi graham paling ujung nyeri kembali.
“Pak Afif.. Silahkan!”. Tiba2 wanita berkerudung itu menghampiri ku dan menunjukan jalan.
“Silahkan Pak, naik ke lantai 3 ya”. Tambahnya. “Baik Mbak” jawab ku sambil bergegas naik tangga. Belum sampai 5 menit ku menunggu. Mau membaca majalah yang tergeletak di kursi sebelah. Giliran ku sudah dipanggil.. baguslah tidak menunggu lama.

Sampai dilantai 3 terlihat beberapa orang memakai pakaian putih dan satu orang pasien di atas kursi dentis sedang diobati. “Pak Afif ya?” tanya seorang wanita yg sepertinya suster ditempat praktek ini. “Iya Mbak”. “Silahkan Pak.. Bapak dikursi sebelahnya.”tukasnya sambil menunjukan arah. 
Ku berjalan ke arah kursi dentis disebelahnya.
Sambil melihat peralatan kedokteran disekitarnya. Pajangan piagam dan piala Drg Jimmy terpampang rapi di sela-sela ruangan. Cukup bonafid juga tempat praktek ini.
“Silahkan Bro.!” Tiba-tiba dihadapan ku sesosok pria tinggi besar berkulit putih dengan mata agak sipit. Owh mungkin ini Dokter Jimmy, fikir di benak
Dia langsung bertanya tentang keluhan ku. Setelah ku duduk di kursi dentis, dia memasukan alat ke mulut ku. Monitor 24 inch di depan menyala dan menampakan gambar gigi ku. “Owh.. kalo begini harus dicabut bro.. ku gak bisa nyaranin untuk ditambal kembali..” ucap Drg Jimmy yakin.
Setelah kasih penjelasan dan tanya jawab beberapa kali akhirnya ku putuskan agar gigi ku dicabut, sesuai sarannya.
Sebenarnya agak riskan mengambil keputusan ini. Drg Jimmy minta kalo gigi bungsu ku yang paling pinggir dicabut, harus mencabut gigi graham kedua juga, yang sudah mulai bolong agar mudah melakukan proses pencabutannya. Artinya ku akan kehilangan 2 gigi graham.
Tapi sudahlah.. ku fikir masih ada graham dibagian lain untuk mencerna makanan. Maka proses pencabutan pun dimulai. 
Berdasarkan sarannya, gigi graham kedua ku harus dicabut terlebih dahulu.
Alhamdulillah.. tidak sampai 5 menit proses pencabutannya selesai. Setelah ditunjukan gigi ku memang sudah mulai agak bolong dari samping, akibat gigi graham yang paling pinggir mengeser sisa makanan yang susah terjangkau oleh sikat gigi.
Sedang posisi graham paling pinggir ini posisinya sangat tidak lazim. Begitulah penjelasan Drg Jimmy.
Akhirnya masuk ke pencabutan gigi graham paling pinggir yang katanya posisinya tidak lazim. Benar saja.. ternyata proses pencabutannya makan waktu cukup lama dengan beberapa spot yang menegangkan dan menyakitkan buat ku pastinya.
Seingat ku, datang ke praktek drg Jimmy ini langsung setelah sholat isya berjamaah di Masjid Al Khossiyun, kira2 300 meter dari ruko ini dengan mengendarai motor.
Sekarang jarum pendek di jam dinding sudah diatas angka 9 dan jarum panjangnya diangka 6. Wah.. sudah hampir 2 jam ku berada disini.
Entah sudah berapa banyak cairan disuntikan, sudah berapa kali ku menahan ngilu dengan bunyi bor, atau melawan sakit saat tang dan jarum dan peralatan aneh kedokteran menyerang gigi ku.
“Asli susah nih bro.. gw nekat ini mestinya harus operasi”. Suara drg Jimmy yang mulai ragu. Waduh fikir ku. Memang sudah segala upaya dilakukannya. Sampai di rotgen untuk menggetahui bentuk kedudukan gigi di atas tulang. Tapi sampai kini sama sekali belum berhasil, menggoyangnya saja tidak. 

“Sudah.. pasien2 yang masih dibawah distop dulu.. ku mau fokus dengan ini dulu..” ucap drg jimmy pada susternya. Memang si dokter ini bolak-balik ke kursi sebelah untuk menangani pasien yang lain. Jika ku hitung, sudah 6 pasien berganti dikursi sebelah ku. Sedang ku masih  “digarap” disini.
Tapi syahdan, tetap saja ada pasien yang naik ke lantai 3. Malah bukan satu orang. Ada sekitar 5 orang. terdengar di telinga, katanya dibawah habis terjadi perkelahian tukang parkir ruko. Ada korban yang kena dibacok. Pantas saja para pasien takut menunggu dilantai 1.. akhirnya mereka ikut naik ke lt.3.
Tapi drg.Jimmy profesional. Dia jelaskan mau menyelesaikan pengobatan ku dulu. Tapi malah membuat pasien yang lain justru penasaran. Ada apa dengan gigi ku. Wah.. ku malah dikerumuni pasien yang “kepo” dengan kondisi ku.
Ini merupakan pertaruhan profesi drg Jimmy terhadap kemampuannya di depan pasien lain, sedang ku menjadi bahan percobaanya, jika memang dia nekat, padahal harusnya operasi besar untuk mencabut gigi bungsu.

Di Jakarta, ku sudah 3 kali ditawarkan untuk mencabut gigi ini dengan operasi besar dari dokter gigi berbeda. Biayanya kisaran 2 - 2.5juta. Wow.. ku sudah kehilangan gigi, tapi disuruh bayar mahal pula.. naluri ekonom ku keluar.. heh.

Maka saat daftar tadi ku tanya ke receptionis di bawah.. katanya biaya cabut gigi hanya 120rb/gigi. Tidak peduli gigi mana saja yang dicabut.. kecuali mungkin gigi perseneling motor atau mobil ya.. hehe.. karena itu juga ku mau mendaftar jadi pasien drg. Jimmy. Maklumlah perantau, cari yang terjangkau. heh.
Peluh drg. Jimmy semakin deras. Air conditioner tidak mampu meredam hasratnya yang membara untuk mencabut gigi bungsu ku. Ditambah berjubalnya pasien menyesaki sekitar kursi yang ku tiduri.. masyaAllah sesulit apakah gigi ku dicabut.

Ku coba introspeksi.. Subhanallah. Ku mungkin lupa memohon pada Allah untuk dimudahkan prosesnya. Walau dari awal drg Jimmy mengobati ku, sudah banyak sholawat terlantun dalam hati. Tapi rasanya ku lupa berdoa pada Allah untuk memohon ijin agar gigi ku mudah tercabut.  Karena sesungguhnya Dia lah yang menanamnya. 
Akhirnya ku berdoa dalam hati meminta kemudahan dariNya. Selanjutnya ku membaca surat al insyiroh.. alam nasyroh laka sodhrok.. terus ku baca berulang seraya meminta kemudahan dari Allah.
Beberapa menit kemudian, drg jimmy berhasil mematahkan bagian dari gigi ku.. “alhamdulillah” ucapnya.. ku juga berkata dallam hati.. alhamdulillah.. sudah mulai berhasil dan bisa jadi husnudzon ku drg jimmy adalah muslim. Pasien disekitar ku juga ikut senang. Mereka sudah terbawa atsmosfir emosiaonal pencabutan gigi ku.
Selanjutnya drg Jimmy juga mampu mematakan sedikit demi sedikit gigi ku. Sudah tak ku rasakan lagi sakitnya. Ku tetap membaca surat al insyiroh dalam hati.. dan tidak sampai 5 menit berikutnya.. dia berkata, “Sabar ya bro.. tahan dulu sakitnya.. tinggal satu bagian lagi nih”. Ku angkat tangan dan menunjukan ibu jari. 
Pasien yang mengikuti proses pencabutan gigi ku bagaikan penonton, juga seperti menyemangati. Ada yang ikut ngejempol, angkat tangan, menganggukan kepala.. wah luar biasa.. pencabutan gigi ku sekelas pentandingan final tinju kelas bulu ayam.. benak ku meledek diri sendiri.
Sekitar 5 menit berlalu, logam keras yang sudah menghajar gusi ku sedari tadi gagal menanggalkan kerasnya gigi ku. Entah apa namanya alat ini. Ku coba menahan sakit berahap segera usai. Alat ini terus menekan ke dalam. Terus menahan sakit.. “plakk”. Bunyi keluar dari mulut ku.

“Alhamdulillah wa syukrulillah..” sudah kecabut seemua bro. Ucap Drg. Jimmy senang. Ku juga senang, mengucap syukur dalam hati.. begitu juga suster dan penonton, eh pasien yang lain juga terlihat sumringah atas keberhasilan pencabutan gigi ku.. luar biasa.. MasyaAllah.

Langsung terbersit dalam hati.. ini adalah kehendak Allah.. kesusahan yang terjadi diawal pencabutan, mungkin belum mendapat ijin dariNya. Tapi setelah ku berdoa dan terus membaca kalamNya.. semua Allah mudahkan. Tidak sampai 15 menit prosesnya sudah selesai.

Inilah salah satu hikmah perlunya manusia bergantung pada Penciptannya. Manusia dengan sedikit ilmu takkan mampu berdaya atas kuasaNya. Keimanan padaNya adalah kekuatan besar dalam meraih keberhasilan.. karena sesungguhnya laa haula walaa quwwata illa billahi.. waAllahu’alam.

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Mesti Malu Mengakui Kesalahan

Salah Satu Pelajaran Dari Pertandingan Manny Pacquaio dengan Floyd Mayweather