Membaca histori, mengoptimalkan potensi diri.

Beberapa hari ini saya rajin membaca tulisan Pak Dahlan Iskan dalam blognya. Banyak kekaguman yang muncul dari tiap-tiap kalimat yang ia rangkai sedemikian apik. Mulanya saya fikir karena ia pernah menjadi wartawan, tapi kelebihannya bukan sekedar plot, tetapi kontennya juga menggambarkan betapa luasnya wawasan dan pengalaman pria kelahiran Magetan ini. Banyak komentar yang menaruh harapan besar bagi masa depan Indonesia pada Pak DIS, begitu biasa dipanggil. Termasuk saya, yang diam-diam mengagumi kepribadian Menteri BUMN ini.

Subjektivitas saya muncul karena beliau pernah mengenyam kuliah dalam payung yang sama. Sama-sama di kampus hijau, IAIN tercinta. walau berbeda kampus dan fakultas, tapi saya juga berharap, paling tidak seorang tokoh sekaliber beliau memiliki dasar pengetahuan Islam yang baik.

Sebelumnya, saya sering mendengar tentang kehebatan beliau dari orang yang pernah berinteraksi langs ung dengan beliau. Tapi baru tadi sore, teman sekantor saya yang berasal dari Surabaya bercerita tentang sisi negatif keluarga Pak Dis, yang menyatakan bahwa anak perempuan beliau memiliki pasangan yang mempunyai banyak tattoo di tubuhnya. Mungkin kisah ini sangat kecil sekali nilainya dibanding prestasi dan rekam jejak Pak Dis yang begitu membumi. Akhirnya saya berseloroh, tidak ada satupun manusia yang sempurna mengurusi kehidupannya, kecuali Nabi Muhammad SAW.

Tapi yang tetap saya kagumi dengan tokoh ini adalah kemampuannya mengoptimalkan potensi diri hingga diberikan kepercayaan sebagai Menteri. Teman saya hampir tidak percaya kalau saya bilang beliau hanya lulusan sarjana, bahkan ada cerita beliau tidak lulus, karena sibuk dengan profesi wartawannya. Saya jadi ingat kata Pak Sucahyo, seorang trainer dari Indosat yang pernah sama-sama menjadi narasumber sebuah acara dengan Pak Dis. Pak Sucahyo bilang “Pak Dahlan mampu memanjemeni dirinya sendri dengan pola pemikiran yang melebihi seorang sarjana”. Sungguh, kalimat ini mengartikan, siapapun bisa sukses asalkan ia mampu memanajemeni dirinya sendiri.

Sesuai dengan yang tersirat dalam al Qur’an Surat Asy-Syams, setiap jiwa diberikan potensi baik dan buruk, beruntunglah orang yang mampu mengembangkan potensi baik, dan merugilah orang yang mengembangkan potensi buruk. Intinya, kita semua diberikan kempatan untuk berhasil. Subhanallah.
Jika merefleksi dalam kehidupan saya pribadi, banyak menemui potensi-potensi luar biasa yang dimiliki teman-teman saya. Bahkan seperti bawaan dari lahir bagi mereka. Tapi sayangnya, pengaruh pergaulan, sikap tidak percaya diri, atau banyak faktor lain yang membelenggu dirinya, hingga ia tak dapat mengembangkan potensi tersebut. Ada teman saya yang kini sedang bebaring dirumahnya dengan kondisi kedua tulang kakinya patah, malah kemarin saya mendengar tangan kirinya juga ikut patah, dengan sebab yang tidak jelas kabarnya. Sekitar satu bulan lalu saya terakhir mengunjunginya. Memberikan semangat dan sedikit suntikan motivasi. Patah tulang akibat jatuh dua tahun yang lalu itu telah dihinggapi kanker tulang, yang mungkin telah membuat tulangnya kini rapuh.

Pada awalnya, saya beberapa kali menyempatkan diri mengambil daun sirsak yang tumbuh di lingkungan kantor untuknya. Katanya, daun buah nangka belanda ini dapat mengobati kangker yang ganas sekalipun. Tapi setelah penugasan ke Surabaya selama satu bulan penuh, saya seperti lupa kebiasaan itu, ditambah lagi pekerjaan yang bertambah. Walau saya sempat pesankan pada keluarganya untuk tetap diminumkan ramuan tradisional rebusan daun sirsak itu. Terakhir bertemu, dengan sikap yang sebetulnya kurang tega melihatnya. Tubuh tambunnya telah terkikis, kelincahannya nyaris sirna, dan tak ada lagi gelak tawa yang dulu menghiasi bicaranya.

Alasan saya mengangkat teman saya ini karena ia mempunyai banyak kebisaan. Apalagi dalam hal diplomasi dan kepemimpinan, dua modal utama yang harus dimiliki oleh seorang organisator. Tapi sayangnya, karena pergaulan dan kurangnya rasa percaya diri, ia tidak dapat mengembangkan potensinya itu. Malah membawanya kepada hal negatif yang sedikit “nakal” dalam menggunakan kemampuannya itu. Semoga ia dapat mengambil pelajaran dari “ujian”nya kini.

Sekali lagi saya tegaskan, siapapun bisa sukses karena semua diberikan potensi dan kesempatan yang sama, asalkan ia mau mengoptimalkan kemampuan dan mau meraih kesempatannya itu. Pengembangan diri mutlak diperlukan oleh seseorang yang ingin sukses. Salah satu caranya dengan mencari pergaulan yang membuat kita terus berkembang. Seperti kata John Watson, “jangan mencari kawan yang membuat kita merasa nyaman, tapi carilah kawan yang membuat kita terus berkembang”. saya yakin, Pak Dis juga mempunyai pergaulan yang sangat luas.

Comments

Popular posts from this blog

Semua atas Kehendak-Nya

Mengapa Mesti Malu Mengakui Kesalahan

Salah Satu Pelajaran Dari Pertandingan Manny Pacquaio dengan Floyd Mayweather